Jumat, 31 Desember 2010

Sang Pengalih Dunia

Oleh: Siti Uswatun Hasanah
(NIM.F01109053)

Sitttttttttttt…….
Rem berbunyi dari motor ku, berhenti di tengah kepadatan masyarakat untuk memarkir kendaraan tepat di depan gedung rumah adat melayu. Seseorang yang hitam legam dengan rokok yang menyelip ditelinganya mendatangiku kemudian memberikan secarik kertas parkir lalu meminta uang Rp 2000,- kepada ku. Dengan gegas aku pun mengeluarkan uang selembar yang kemudian kuberikan padanya sambil melihat ke kanan dan kiri ku. Ternyata tidak hanya satu saja tempat untuk memarkir kendaraan, selain didepan gedung juga ada di samping gedung, Disana terlihat muda mudi yang juga masih memarkirkan motor dengan maksud berkunjung pada festival budaya melayu ini.
Jum’at tanggal 17 desember, Aku pergi ke rumah adat melayu bersama teman-temanku, setelah memarkir kendaraan, aku pun langsung bergegas menuju keramaian di gedung rumah adat melayu tersebut. Aku mengelilingi seluruh stand yang ada pada acara festival seni budaya melayu yang disingkat dengan FSBM, aku pun melihat-lihat banyak barang yang dijual disana, antara lain baju batik,baju anak, gelang, dan masih banyak lagi barang yang menurut teman-teman ku cukup menarik.
Saat mengunjungi FSBM ini, aku melihat bahwa antusias masyarakat itu kurang atau mungkin masyarakat telah mengunjungi jauh hari sebelum aku mengunjunginya, karena pada saat aku berkunjung di acara ini tidak banyak masyarakat yang ada untuk mamadati stand yang telah dipersiapkan oleh panitia, hanya ada 5 atau 6 orang yang memadati setiap standnya.
Selang beberapa menit disana, aku pun mendengar suara..
Dum durum dum dum…..
Bunyi suara gendang mengalihkan perhatianku, aku pun berjalan mencari dari mana arah bunyi itu berasal, ternyata saat itu juga bertepatan pada lomba vocal grup, balutan kain hijau dengan renda kuning yang berkilau menghiasi badan para vocal dan personil lainnya membut mata para penonton tertarik untuk melihatnya ditambah dengan indahnya suara yang keluar dari bibir manis para vokal tersebut. Entah dari mana asal grup ini,aku pun sampai lupa untuk menanyakannya, alaunan syair lagu daerah nan indah menghipnotisku untuk selalu memperhatikan gerak-gerik para vocal yang berkelok-kelok, dengan senantiasa diiringi oleh alat music daerah dicampur dengan alat music modern. Music nan indah dengan vocal nan elok dipandang mata, bagaikan seuntai bunga yang selalu mengalihkan pandangan bila bercampur dengan bunga lain, Begitulah perumpamaannya.

Sambil menikmati alunan music daerah, aku pun melirik jam yang melekat di pergelangan tangan ku, jam menunjukkan pukul 16.13 , tanpa ku sadari hampir 30 menit aku berdiri disana, kuperhatikan orang di sekelilingku, tenyata telah dipadati oleh orang-orang dari segala usia. Ada ibu-ibu yang sedang hamil, ada juga anak-anak yang berlari-lari di sekitar kerumunan itu. Sedang asyiknya aku melihat-lihat, temanku berbisik padaku
“ade eja san”
“mane”
“itu, yang pegang gitar”
“o,,iye”
“die ikod vocal grup kali ye”
“mungkin lah, liat jak bajunye tuch”
“iye lah, nanti kite Tanya ye”
“siip”
Setelah itu aku pun menghampirinya, eja mahasiswa fkip 2009 prodi bahasa inggris yang juga mengikuti lomba vocal grup yang diadakan dalam festival ini, sejenak aku terdiam untuk berfikir apa yang ingin aku tanyakan, karena aku pun tidak begitu dekat dengannya. Dengan nada sedikit gugup, aku memberanikan diri untuk mengajaknya berbincang sedikit.
“hey ja”
“hey”
“ngapain disini”
“ikod ini lah ni”
“udah nampil ke”
“udah”
“tadi bawain lagu ape”
“lagu daerah, kesini same siape san?”
“ade tu same kawan”
“o iye la”
“makaseh ja, duluan ye”
“oke oke”
setelah 15 menit aku berbincang, aku pun menghampiri temanku yang sedari tadi telah menunggu ku, lalu temanku mangajak untuk kembali melihat-lihat stand makanan yang ada pada festival seni budaya melayu ini, perutku pun mulai berbunyi, mungkin karena kelaparan, tidak menunggu lama, melihat penampilan bakso goreng aku pun langsung mengeluarkan uang sembari bertanya pada penjualnya,
“ibu, ini berapa bu?”
“1000 dek”
“kalau ini apa ya bu?”
“ini roti cane coklat, harganya Rp 7000, yang ini cane keju Rp 8000, dan ini cane coklat keju Rp 10.000 kalo mau beli silahkan duduk , nanati ibu masakkan ”.
“ya sudah bu bakso gorengnya saja 2”
“Rp 2000 dek”
“ini, terimakasih bu”
Akhirnya perutku telah terisi dengan bakso goreng yang cukup lezat rasanya, menurut temanku yang ikut makan bersamaku bakso ini kalau sedikit tidak enak rasanya, tapi kalu gratis dan banyak, pasti sangat lezat. Begitulah gurauan temanku padaku, aku pun tertawa sambil makan dan melihat-lihat stand yang ada.
Sebenarnya masih banyak lagi makanan yang ada, tapi makanan yang disediakan itu tidak instan, jadi aku harus menunggu hingga makanan itu tersedia dan siap untuk dimakan. Karena perutku masih merasa lapar, aku pun memesan makanan yang ada, yaitu roti cane.
Pada saat menunggu makanan tersebut, mataku tertuju pada sesuatu yang bergerak gerik di dalam sebuah aquarium yang membuatku penasaran. Sedikit demi sedikit.langkahku mulai mendekat pada aquarium tersebut. Ternyata di dalam aquarium tersebut terdapat kumpulan umang-umang yang berwarna warni dengan beraneka ragam gambar yang membuatku sedikit tertarik. Benar – benar unik kreativitas yang di jual seorang anak kecil tersebut, sehingga tak sedikit orang yang melihat binatang itu bergerak lincah. Tapi setelah melihat binatang itu berjalan lincah, aku mulai tertarik untuk membeli barang itu. Dengan santai aku bertanya kepada bocah yang sedanng memegangi aquarium itu,
“eehm.. Berapa ya harga 1 binatang unik ini ?”
“ 4000 kak, tapi kalo same rumahnye harganye 10.000 “
Dengan tersipu malu aku berkata “ duh, uang kakak tak cukop, lain kali jak ye “
“ ndak ape kok kak, carila lok uang tok belinye”
“ hahaha,pandai ngelawak gak rupenye”
“Sreeeeeettt..”
“bunyi ape tuh” kata seorang temanku.
Uuuppssh, ternyata bunyi itu berasal dari perutku. Dengan segera aku mengajak teman – temanku kembali ke tempat makanan yang ku pesan tadi dan segera meninggalkan tempat ini.
Setelah sampai ke tempat makanan tadi, aku pun makan dengan lahapnya dan segera membayar makanan yang telah ku makan . Terisi lagi perutku dengan makanan lezat begitu juga dengan temanku. Tidak terasa waktu telah menunjukan pukul 17.30 dan sebentar lagi waktu magrib pun tiba, itu artinya aku harus segera melaksanakan perintah yang di atas. Dengan segera aku dan kawanku bergegas meninggalkan festival tersebut dan langsung menuju motor kami.
Karena rumahku sangat jauh dari tempat itu, dan sangat tidak mungkin untuk pulang jadi aku melaksanakan sholat magrib di rumah temanku. Setelah sholat, aku dan 2 orang temanku bergegas kembali menuju motor kami masing – masing. kami berkeinginan untuk kembali menyaksikan festival seni budaya melayu yang telah diadakan dari tanggal 13 desember lalu. Yang membuatku lebih semangat kembali ke tempat tersebut adalah percakapanku dengan seorang tukang parkir. Informasi yang ku dapat darinya bahwa malam ini ada sekelompok vocal grup yang berasal dari ibu kota akan menampilkan karya – karyanya. Vokal grup tersebut sudah tidak asing lagi yaitu “ DEBU “.
Setelah sampai di tempat tujuan, kembali aku dan teman – temanku melihat stand – stand yang sudah tidak asing bagiku sambil menunggu penampilan dari DEBU. Tak lama ku bercengkrama bersama kedua temanku, tiba – tiba terdengar di telingaku alunan lagu yang begitu familiar. Aku dan teman –temanku mendekati suara itu, ternyata yang ku tunggu – tunggu sejak tadi sudah muncul. Dengan perlahan – lahan aku makin mendekat agar terlihat lebih jelas, tapi sayang karena ramai aku dan temanku hanya dapat melihat vocal grup papan atas dari kejauhan. Tak terasa sudah cukup malam,dan aku harus pulang. Aku dan teman – temanku sangat puas menyaksikan festival seni budaya melayu, tidak sia-sia aku mengunjungi hingga larut malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar