Kamis, 23 Desember 2010

Gemerlap Malam Penutupan Festival Seni Budaya Melayu Kalbar

Oleh: Tri Dede Yulianti (tree_dede@yahoo.com)
(NIM.F01109031) 

Suara dering terdengar dari HP tersayang ku, ternyata pesan yang masuk juga dari orang tersayang yang akan mengajak ku untuk pergi sesuai dengan janji sebelum nya. Aku pun bergegas bersiap-siap untuk pergi ketempat yang dituju. Sekitar 1 jam kemudian HP ku berdering kembali dan ku baca sms didalam nya. “ Dah slsai ke siap2 nye? “, kira-kira begitulah isi nya. Dengan menggunakan baju kaos, jaket dan celana jeans aku pun siap untuk pergi. Tidak lama kemudian suara motor pun terdengar didepan rumah ku, “brrmm...brmm..” datang juga teman ku yang akan pergi bersama ku malam itu ke Rumah Adat Melayu dimana Festival Seni Budaya Melayu diadakan, aku dan temanku itu pun bergegas pergi kerumah adat melayu yang terletak di Jl. Sultan Syahrir Abdurrahman atau bisa disebut dengan Kota Baru. Terasa dingin nya angin malam menusuk ke tulang ku. Tak jauh dari tempat festival tersebut diadakan sudah terdengar riuh nya suara-suara musik dan berbagi macam yang menyatu menjadi satu dan terdengar dari jauh.
“Priiit...priiit..priiiit, sebelah sini mas parkirnya”, teriak seorang abang-abang parkir dengan melambai-lambaikan tangan nya untuk menujukan tempat parkir yang masih kosong kepada pengemudi motor yang aku tumpangi. Parkiran motor malam itu penuh sesak sehingga aku susah untuk memarkirkan motor. Setelah beberapa menit akhirnya motor yang aku tumpangi terparkir dengan rapi didepan kantor BPS yang berada disebelah Rumah Adat Melayu. Terlintas tiba-tiba dalam pikiran ku sesuatu hal yang tidak pernah kuduga dapat terpikirkan, “ untung besar nih abang parkirnye,, hehehehe”. “Alamak rame nya gak ni?” Ucap ku. “ iyeeee. Jaoh agik tuh parkir nye”, balasnya menimpali.”Mw dimane agik gak parkir nye? Mane ad tempat agik.. rame ni mas! Ndak ape bah disini. “Hmmm,,,, iye lah. Turun lah..” balasnya kembali seraya menyuruh ku turun. Setelah memarkirkan motor ku dengan baik, aku dan teman ku pun berjalan masuk ke area festival yang terlihat berbeda dari hari-hari biasa, malam itu Rumah Adat itu terlihat sangat terang, penuh dengan pernak-pernik lampu yang membuat nya terlihat sangat menarik. Selain itu juga sangat terlihat megah dan mewah,berjalan menyusuri area festival sambil menikmati dan mempehatikan suasana disekitar Rumah Adat Melayu yang dipenuhi dengan berbagai macam pameran distan-stan yang dibuka disana. Stan-stan tersebut menjual berbagai macam pernak-pernik,tanaman hias, lukisan dan lain-lain.
“Mau jalan liat ape lok ni? Bingung niya, rame agik jd susah nag jalan” ucap ku dengan sedikit berteriak. “Kesana dulu jak tuwa” balasnya seraya menuju arah yang diinginkannya. Aku pun berjalan mengikuti arah langkah nya ketempat yang tadi dimaksud teman ku itu. Sambil berjalan aku pun memperhatikan keadaan sekitar, betapa ramai nya rumah adat melayu malam itu dengan kesibukan para pengunjung yang melihat-lihat berbagai stan-stan yang disediakan disana. Orang tua bersama anak-anak nya yang terlihat asik melihat-melihat pameran , muda mudi yang menghabiskan malam minggu ditempat itu juga ada. “Dek..,dek,. Liat tuwa?” senggol teman ku, sambil menunjukkan sesuatu. “ Ape mas?” Jawab ku atas sesuatu yang dimaksudkannya kepada ku. Ternyata teman ku memberitahukan ku bahwa dari sekian banyak pegunjung tesebut terlihat 3 orang teman ku yang makam itu juga berkunjung ke festival itu dan terlahat sangat asik menikmati pameran yang di adakan disana. “Woy,,,” sapa ku sambil menepuk pundak oramg yag berdiri tegap bersama 2 orang lain didepan stan pernak pernik. Mereka pun terperenjat kaget saat merasakan tepukan tangan ku dipundak nya. “ Woy,.. dateng gak kau ni? “ jawab salah satu dari mereka. “ dari jam berape kitak disini ni? Tadak malam mingguan k? Hehehe...” tanya ku dengan tawa. “ beee.. nag malam migguan dengan sape..” jawab mereka kembali dengan canda. Obrolan kami pun berlanjut ckup lama disana sampai pada akhirnya aku dan temanku mengakhiri percakapan kami. Aku dan temanku pun melanjutkan perjalanan kami di Rumah Adat malam itu. Sambil terus berjalan dengan sesekali berhenti untuk melihat stan yang menurut ku menarik untuk didatangi. Setelah lelah berjalan dan melihat satu per satu pameran yang diadakan disana tiba-tiba teman ku berkata, “ lebih baik kite masuk jak kedalam situ, kayaknye ada prertunjukkan lah “ dengan menunjukkan sesuatu yang sedang digelar didalam gedung tersebut, akhrnya aku dan teman ku memutuskan untuk masuk saja kedalam dan ternaya benar, memang ada pertunjukkan yang disajikan didalam gedung Rumah Adat Melayu saat itu. Aku dan temanku pun melihat apa yang sedang dipertontonkan didalam gedung tersebut.

Dengan sedikit menyelit-nyelit melewati orang yang berdiri berdesakkan aku dan teman ku berhasil berdiri diantara para pengunjung yang berdiri dengan antusias untuk menyaksikan pertunjukkan yang digelar didalam. “Mas..mas ade yang nampil tuwa, keren kan, ade yang nari...” Ucap ku dengan sangat bersemangat. “Iye..iyee...” balasnya. Ternyata pada malam penutupan itu juga ditampilkan berbagai macam kesenian. Ada penampilan tari dari para penari-penari yang sangat lemah gemulai dalam melenggak-lenggokkan badan nya untuk menarik pehatian para pegunjung festival malam itu dengan paras yang dipoles bedak dan sejenis nya sehingga menambah cantik para penari diatas panggung. Sungguh-sungguh sangat menarik perhatian pertunjukkan tari yang disajikan sehingga membuat aku pun menjadi sangat berantusias untuk mengikuti pertunjukkan-pertunjukkan selanjutnya. Setelah itu aku pun melihat pertunjukkan semacam silat-silat tradisional yang ditampilkan oleh 2 orang anak lelaki. Gerakan-gerakan silat yang ditampilkan sangat begitu memukau aku dan mungkin juga para pengunjung festival seni budaya melayu saat itu. Ternyata mereka sangat tangkas dalam mempraktikan gerakan-gerakan silat yang sangat sulit untuk dilakukan. Tepuk tangan para pengunjung festival malam itu bergemuruh saat berakhirnya setiap penampilan yang disajikan. Ada pula berbagai penampilan yang disajikan pada malam itu seperti nyanyian, permainan rebana oleh beberapa orang laki-laki dengan mnggunakan baju teluk belanga serta peci yang menambah pesona para pemain rebana dan masih banyak lagi pertunjukkan malam itu yng sangat menarik yangg tidak aku saksikan secara langsung karena keterbatasan waktu yang semakin lama semakin larut. Tapi ada 1 pertunjukkan pada malam itu yang sangat menarik untukku, yaitu pertunjukkan meriam.
“Duum...duuum...dummm..”, suara meriam menggelegar ditengah-tengah festival di Rumah Adat Melayu malam itu. Serasa tanah tempat aku berpijak itu bergetar saat suara meriam memecah keheningan malam. Suara yang seakan ingin meruntuhkan gedung-gedung yang ada disana dan ingin sekali memecah gendang telinga bagi yang mendengarkan nya ternyata menarik perhatian banyak orang disana sehingga para pengunjung festival malam itu berkumpul untuk menyaksikan pertunjukkan meriam saat itu. “Wuiiihhh....” ucapku takjub sambil terus menyaksikan pertunjukkan yang memukau tersebut. Baru pertama kali nya aku menyaksikan pertunjukkan meriam, sehingga membuat ku bersemangat untuk mengikuti nya sampai selesai. Semua orang terkesima mendengar dentuman meriam yang menggelegar di malam itu. Orang-orang yang berkumpul untuk melihat pertunjukkan itu pun saling berceloteh mengomentari pertunjukkan meriam tersebut, riuh anak-anak kecil terdengar ramai. “ Bunyi ape tuh pak ?”, tanya seorang anak yang ada di sampingku kepada bapak nya yang sedang menggendongnya. “ Meriam tuh” Jawab bapak tersebut. Aku pun hanya meperhatikan bocah tersebut dengan senyum. Dengan semakin datang nya malam saat itu maka semakin terasa pula cuaca yang begitu dingin menyerang ku. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menyudahi menonton pertunjukkan meriam saat itu karena tidak mampu lagi menahan dingin dan kantuk yang mulai terasa.
Waktu pun berlalu cepat, malam telah mulai larut saat aku dan teman ku memutuskan untuk pulang kerumah dan mengakhiri jalan-jalan malam ini ke Rumah Adat Melayu dalam rangka menyaksikan Festival Seni Budaya Melayu. Aku dan temanku pun berjalan dari dalam area festival malam itu dengan perlahan. Rasa puas karena telah menonton berbagai macam pertunjukkan yang digelar dalam rangka Festival Seni Budaya Melayu dan telah melihat-lihat berbagai macam pameran yang dibuka di dalam stan-stan yang disediakan. Walaupun jam sudah menunjukkan waktu yang cukup larut, motor-motor yang diparkir ditempat yang sama dengan ku pun masih terlihat sangat ramai dan sesak. “ bang...bang,,.” Panggil ku kepada seorang lelaki yang menjaga disana. Dia pun meghampiri tempat aku berdiri dengan sedikit berlari kecil. Motor ku pun sudah dikeluaran dari barisan dan aku bersiap untuk pulang dan menghangatkan tubuh didalam selimut kesayangan ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar