Kamis, 23 Desember 2010

Maraknya Malam Puncak FSBM VI Kalbar

Oleh: Gina Hernanda Maidayanti
(NIM.F01109014)

Saat pertama kali saya mendapat tugas dari dosen saya di mata kuliah bahasa Indonesia, jujur saya merasa keberatan. Karena tugas tersebut mewajibkan untuk membuat karangan dengan tujuh tema. Salah satunya, karangan dengan tema jurnalistik atau sebuah kejadian/kegiatan yang terjadi di suatu tempat (fakta). Saya tidak tahu, kejadian/kegiatan apa yang akan saya buat untuk dijadikan sebuah karangan. Namun, seiring berjalannya waktu, di Kota Pontianak tercinta ini diadakan sebuah kegiatan yang biasa dibilang kegiatan akbar, yaitu Festival Seni Budaya Melayu VI (FSBM VI). Pada saat perkuliahan berlangsung, tepatnya pada tanggal 16 Desember 2010, dosen mata kuliah bahasa Indonesia saya memperlihatkan sebuah Koran Tribun Pontianak, yang berisi berita tentang kegiatan FSBM VI. Kemudian, dosen saya memberikan tugas untuk membuat karangan dengan tema jurnalistik. Dan karangan tersebut dibuat berdasarkan kegiatan FSBM VI, yang pada saat itu sedang berlangsung.
Mendengar tugas yang baru diberikan, saya merasa semakin berat mengingat tugas membuat karangan dengan tujuh tema yang belum saya kerjakan juga. Tetapi setelah mendengar penjelasan selanjutnya, saya agak merasa lega. Karena ternyata tugas yang baru diberikan ini termasuk kedalam tugas sebelumnya. Jadi saya tidak bingung lagi untuk menulis karangan dengan tema jurnalistik ini, dikarenakan sudah mengetahui kegiatan apa yang akan saya buat untuk dijadikan karangan, yaitu Festival Seni Budaya Melayu VI (FSBM VI).
Setelah selesai perkuliahan, saya langsung mengirim pesan singkat (SMS) ke salah satu teman saya yang menjadi Event Organizer (EO) di kegiatan FSBM VI itu. Dalam pesan tersebut, saya bertanya apa saja acara yang akan diselenggarakan pada tanggal 16 Desember 2010 tersebut. Kemudian teman saya menjawab pesan tersebut. Dia bilang, acara hari itu, ada Seminar Budaya Melayu, Lomba Berbalas Pantun dan Lomba Lagu Melayu. Dan saya pun diundang untuk menghadirinya. Hingga malam tiba, saat saya akan berangkat ke Rumah Adat Melayu untuk menyaksikan kegiatan FSBM VI tersebut, ternyata cuaca tidak mendukung. Hujan mengguyuri Kota Pontianak tercinta. Hingga waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, hujan pun tak kunjung reda. Akhirnya saya membatalkan niat untuk pergi menyaksikan acara tersebut.
Waktu yang tersisa tinggal dua hari lagi untuk menghadiri kegiatan FSBM VI. Pada tanggal 17 Desember 2010, saya dan sahabat-sahabat saya berniat untuk pergi ke Rumah Adat Melayu pada siang atau sore hari. Tetapi karena pada pagi hingga siang hari kami ada jadwal perkuliahan. Maka kami memutuskan untuk pergi pada malam hari. Cuaca di Kota Pontianak tercinta ini memang tidak bisa diterka. Cerahnya cuaca di pagi hingga sore hari, tidak berarti malam itu cerah juga. Hujan kembali mengguyuri Pontianak tercinta. Untuk kedua kalinya, rencana kami batal untuk dapat menyaksikan kegiatan FSBM VI.
Esok hari, mentari tersenyum menyambut datangnya pagi. Hari ini merupakan hari terakhir akan diadakannya FSBM VI. Itu pertanda, apapun yang terjadi saya harus dapat menyaksikan acara tersebut. Dikarenakan ada kegiatan di kampus, maka saya dan para sahabat sama seperti hari-hari sebelumnya. Kami berencana pergi pada malam hari yang bertepatan dengan malm minggu, begitulah biasanya kaula muda menyebutnya.

Suara meriam menggema di seluruh penjuru Bumi Khatulistiwa di malam puncak dan penutupan Festival Seni Budaya Melayu ( FSBM ) VI. Gemerlap taburan bintang di langit, indahnya terang cahaya bulan ikut menghiasi malam serta ikut memeriahkan akhir dari kegiatan yang mempersatukan rumpun melayu yang ada di jagad Asia ini. Ratusan orang hingga mencapai ribuan orang dari sore hari yang bertepatan pada tanggal 18 Desember 2010, ikut meramaikan serta menyaksikan acara yang menampilkan berbagai kebudayaan melayu yang ada di Nusantara ini. Festival yang berpusat di Jl. Sutan Syahrir ini juga dapat menarik berbagai turis baik dari dalam negeri bahkan dari luar negeri yang kerap sering kita sebut Bule.
Festival ini dimulai dari tanggal 13 Desember 2010, yang dibuka dengan konvoi ataupun pawai yang menampilkan berbagai corak melayu baik dari Indonesia itu sendiri bahkan dari Negara tetangga, yaitu Malaysia, Brunei Darussalam serta Negara rumpun melayu lainnya. Festival tersebut menyajikan perlombaan berbagai seni budaya melayu yang telah turun temurun ikut menghiasi budaya yang ada di Indonesia. Disamping menampilkan beragam pesona budaya dan kehidupan adat melayu, di sekeliling Rumah Adat Melayu tersebut juga terdapat stand – stand yang menampilkan berbagai pernak pernik, aksesoris, beragam pakaian adat melayu serta makanan khas melayu dan makanan dari berbagai daerah termasuk dari daerah yang terdapat di Bumi Khatulistiwa, yaitu dari Sanggau, Putussibau serta dari Probolinggo yang berasal dari Pulau Jawa.
Tidak henti – hentinya orang mengunjungi festival tersebut yang juga dihadiri oleh para pejabat tinggi Pontianak serta juga Sultan Brunei yang ikut menghadiri festival tersebut dan juga ditemani oleh Ketua Adat Melayu Kalimantan Barat, Chairil Effendi yang juga selaku Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak. Penampilan generasi-generasi serta tunas bangsa yang dengan piawainya memainkan serta mengaransemen lagu khas melayu turut memeriahkan Festival Seni Budaya Melayu tersebut. “Festival ini sangat funtastik sekali bahkan menarik dan baik sekali karena kegiatan ini dapat menggabungkan berbagai rumpun melayu yang ada di Nusantara ini. Festival ini juga dapat menjadi sebuah tali silahturrahmi antar suku melayu yang terpisahkan oleh jarak serta dibentangi lautan yang cukup luas. Tetapi semua itu tidak menyurutkan semangat suku melayu yang tersebar di berbagai daerah untuk datang meramaikan dan memeriahkan festival tersebut” kata Chairil Effendi selaku Ketua Melayu Kalimantan Barat saat diwawancarai di Rektorat Universitas Tanjungpura Pontianak. Festival ini harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Karena disamping menjadi sumber devisa, ini juga dapat menjadi asset serta yang paling penting adalah memperkuat tali silahturami antar suku melayu yang berada diseluruh penjuru Bumi Khatulistiwa.
Pada malam puncak serta penutupan festival seni budaya melayu tersebut menampilkan berbagai tarian melayu serta berbagai beragam lagu khas melayu yang salah satunya yang sudah tidak asing lagi di dunia musik lagu melayu yang berasal dari Kabupaten Sambas, yaitu Cak Uncang. Peserta dan penonton sangat antusias sekali memberikan support serta dukungan dalam suksesnya festival ini. Di dalam gedung yang berukuran sekitar 10x10 meter tersebut dipenuhi ratusan penonton yang memadati gedung, untuk melihat berbagai dan beragam indahnya serta eloknya adat dan seni budaya melayu yang ditampilkan dalam malam penutupan Festival Seni Budaya Melayu, dimainkan serta dilakoni para peserta dengan piawainya yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara.
Dari berbagai lomba yang terdapat dalam festival tersebut akhirnya kontingen Kota Singkawang keluar sebagai juara umum dari FSBM VI. Penyerahan piala dilakukan pada malam penutupan Festival Seni Budaya Melayu VI juga. Walikota Pontianak, Ketua Adat Melayu Kalimantan Barat serta perwakilan dari gubernur menyerahkan berbagai piala dan hadiah kepada para peserta yang menjadi juara. Selamat kepada para pemenang, dan majulah terus kebudayaan melayu kita melalui Festival Seni Budaya Melayu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar