Jumat, 31 Desember 2010

Festival Seni Budaya Melayu

Oleh: Rostina
(NIM.F01109016)
Awal dari sebuah cerita yang menyebalkan, sore itu aku berencana pergi kerumah adat melayu yang terletak di kota baru. Menjelang magrib, hujan pun turun dengan derasnya disertai angin yang kencang, aku mulai bimbang dan berkata dalam hati “ iiiiii...hujan pula”.
Jempol ku mulai sibuk, merangkaikan beribu – ribu kata kepada seseorang sebagai ungkapan rasa kesel, tapi yang lebih membuat kesel lagi teman ku hanya berkata “ sabar “, huffff sabar melulu, ujar ku.
Hujan semakin deras, angin semakin kencang dan aku pun semakin resah dan bosan menunggu datangnya reda.
Terdiam aku di antara hujan – hujan, enggak tahu kenapa tiba – tiba saja timbul rasa penasaran di benak ku yang membuat ku benar - benar ingin tahu dan bertanya – tanya didalam hati, ada apa di dalam rumah adat melayu itu, ada kegiatan apa dan dalam rangka apa kegiatan itu di adakan.
Lama...lama...lama...hujan pun hampir reda dan aku pun mulai tersenyum sambil berkata “ Terima Kasih Ya Allah “dan aku pun segera mengajak teman ku, aku sudah siap dan hujan pun sudah reda tapi teman ku tak juga datang – datang, yah...kesel ku yang tadi sudah hilang sekarang datang lagi, aku coba menghubungi teman ku lewat via sms dan jawabannya “ lagi di perjalanan”. Aq coba sabar untuk menunggu meskipun sebenarnya aku sangat benci dengan yang namanya menunggu, benar – benar membosankan !

Setelah 30 menit kemudian Dia pun datang, nasib memamg nasib...di saat mau pergi gemuruh hujan pun datang lagi, Ya ampun...hujaaaaaaan stop lah dulu, ujar ku di dalam hati. Sekitar jam 21.15 WIB hujan pun reda, aku dan teman ku pun segera pergi.
Sesampainya di lokasi Rumah Adat Melayu, tidak seorang pun yang aku lihat di halaman kecuali orang – orang yang menjaga parkir. Aku dan teman ku terus masuk, saat mau masuk tiba – tiba ada yang memegang tas ku dan bertanya “ dari mana kamu?” setelah aku lihat ternyata beliau adalah kakek ku, Ya Rabb...malu malu malu...ketahuan deh ada seorang body guard di samping ku.
Aku dan teman ku langsung saja masuk menuju ruangan, aku memperhatikan satu persatu yang ada di setiap sudut di ruangan itu, bermacam – macam karakter orang yang aku temui, ada yang rendah dan ada yang tinggi, ada anak kecil, ada orang dewasa, ada orang tua bahkan ada nenek – nenek. Aku terdiam bingung mau ngapain, setelah ini kita mau ngapain lagi ? tanya teman ku, “ ikut saja “ jawab ku.

Upsss...sepertinya ada yang memperhatikan ku, ternyata benar ! tu orang mendekat,dengan gaya sok kenal sok dekat langsung saja aku bertanya...” maaf mas mengganggu, kalau boleh tahu ini acara apa ya ? di adakan dalam rangka apa? Dengan wajah seramnya dia tersenyum, wow meski wajahnya serem tapi ramah juga ni orang, ujar ku di dalam hati.
Orang itu begitu ramah, Dia banyak memberikan penjelasan kepada ku tentang kegiatan ini. Sebelum Dia menjelaskan kepada ku kami sempat berkenalan, Dia bernama Dini Peng berasal dari kota Singkawang, Dia adalah salah satu panitia di kegiatan tersebut.
Ini merupakan Festival Seni Budaya Melayu, yang bertema “ Mencapai Cipta Memperteguh Marwah”, ujar Dini Peng. Kegiatan Seni Budaya Melayu selalu bergilir dari satu Kabupaten ke Kabupaten lain, sebenarnya kegiatan ini di laksanakan di Kabupaten Kapuas Hulu, tapi berhubung Rumah Adat Melayu di Kabupaten Kapuas Hulu belum jadi maka kegiatan ini di adakan di Kota Pontianak, kegiatan ini berlangsung dari tanggal 13 s/d 18 Desember, kegiatan ini 100 % menggambarkan ciri khas dari Melayu, ujar Dini Peng.
Selain kegiatannya yang menarik, ternyata Seni Budaya Melayu ini mempunyai visi dan misi. Adapun visi dari Seni Budaya Melayu ini yaitu pusat unggulan untuk pengkajian, pelestarian dan penanaman nilai – nilai luhur dalam khanazah budaya melayu.
Adapun misi dari Seni Budaya Melayu yaitu :
1. Melakukan pengkajian dan penelitian terhadap khanazah tulisan arab melayu dalam kultur masyarakat Indonesia.
2. Melakukan sosialisasi dan pengkaderan generasi melek tulisan arab melayu dalam rangka meneguhkan jati diri bangsa Indonesia.
Banyak wanita cantik – cantik dengan pakaian yang berbeda – beda , dengan menampilkan lagu yang berbeda – beda dan suara yang berbeda – beda pula. Ada yang menyanyikan lagu Zapin, ada yang menyanyikan lagu lagu Seroja dan banyak lagi lagu khas Melayu lainnya.
Seorang wanita dan Pria menggunakan pakaian yang tampak asing di mata ku, aku penasaran...yah aku tanyakan saja sama Dini Peng, ternyata benar pakaian wanita dan pakaian pria itu berbeda – beda namanya. Pakaian wanita di namakan baju kurung, sedangkan pakaian pria dinamakan telok belanga, Hmm...aku tertawa didalam hati setelah mendengar nama pakaian pria, yaa...terasa aneh saja untuk di dengar, Telok Belanga !
Setelah berlama – lama di dalam ruangan aku dan teman ku pergi ke luar,tepatnya disudut kiri tangga masuk, aku melihat ada banyak pameran lukisan di sudut Rumah Adat Melayu tersebut, di antaranya ada lukisan Rumah Adat Melayu bertuliskan Keraton Aman Tubillah, di lukis oleh Jairis dari Kabupaten Pontianak. Ada lukisan bunga, lukisan pulau, lukisan batu – batuan,lukisan pantai dan banyak lagi jenis lukisan lainnya.
Ada lukisan pemandangan Pesona Pantai Tanjung Bawang ketapang, ada lukisan sepatu dan sandal dengan bermacam – macam warna dan dengan berbagai model yang di lukiskan oleh Bani Hidayat dari Sanggau.
Seorang Bapak berkata “ silahkan dilihat dek “, oh iya pak terima kasih, jawab ku. Stttt...terselit fikiran di benak ku, “ mau bertanya saja lah tapi mau bertanya apa ?”. yah meskipun agak ragu tapi aku coba beranikan diri untuk bertanya, aku mencoba mendekati lukisan yang ada di dekat Bapak tadi dengan harapan dapat langsung bertanya, langsung saja aku bertanya , “ Maaf pak mau nanya “,,,nanya apa dek ? jawab bapak, Hmm...pameran lukisan ini di jual ya Pak ? Oh iya di jual, sudah lumayan banyak yang membeli, Ooooh...! seru ku.
Bapak tadi berkata bahwa setiap pameran ini mempunyai makna tersendiri, salah satu di antaranya adalah lukisan sepatu, lukisan sandal dengan bermaca – macam warna dan model. Lukisan itu menggambarkan keadaan di masyarakat melayu yang bearti tidak ada perbedaan, Oh begitu ya Pak ? Hmm...terima kasih, ungkap ku.
Aku dan teman ku langsung menuju ke pintu luar bertujuan untuk pulang, tapi sesampai di tangga turun aku melihat banyak orang di bawah gedung, aku mengajak teman ku untuk kesana, awalnya Dia enggak mau tapi setelah melihat wajah manyun ku akhirnya Dia mau juga..
Disitu banyak sekali orang – orang yang berjualan, di antaranya jualan accecories seperti kalung, gelang, cincin, bros dan banyak lagi accecories lainnya yang lucu – lucu dan unik. Selain itu ada juga yang menjual peralatan rumah tangga seperti piring, sendok, ember, panci dan banyak lagi barang – barang perlengkapan rumah tangga lainnya.
Ada juga yang menjual pakaian yaitu baju – baju batik dengan berbagai macam warna, berbagai macam motif dan berbagai macam harga. Ada juga yang menjual tas dengan bermacam – macam bentuk, bahan, warna dan harga, ada yang menjual sepatu dan yang lebih menarik lagi disitu ada yang menjual makanan kerupuk basah asli dari Putussibau.
Waaah...kebetulan malam itu aku lagi lapernya, aku dan teman ku pun langsung saja memesan dua porsi kerupuk basah tadi.
Setelah makan sekitar pukul 22.00, aku dan teman ku pun langsung pilang. Yaa...begitu lah kisah ku di malam itu, benar – benar menarik meskipun ada yang menjengkelkan dan menyebalkan.
Sekian lah cerita dari saya tentang Festifal Seni Budaya Melayu yang saya datangi malam itu, semoga cerita ini dapat menambah pengetahuan kita semua tentang apa itu Seni Budaya Melayu, apa kegiatannya dan dalam rangka apa kegiatan itu di laksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar