Kamis, 23 Desember 2010

Penutupan Festival Seni Budaya Melayu VI Kalbar

Oleh: Febri Arentika
(NIM.F01109013) 

Sabtu,tepatnya pukul 19.50 WIB aku dan ketiga orang temanku sampai di Rumah Adat Melayu. Tujuan kami datang yaitu ingin mengamati kegiatan FSBM (festival seni budaya melayu) VI,kemudian membuat laporan jurnalistiknya. Semua ini kami lakukan demi tugas yang diberikan Pak Dedy pada hari kamis minggu lalu. Tugas ini sudah harus selesai minggu depan.
“Brrrmmmm….brmmmmmmmm……..tiiiiiiiiiiiiitttttttttt….tiiiiiiiittttt…..”
Terdengar suara motor yang berebutan parkir dihalaman Rumah Adat Melayu. Aku pun harus gesit menggerakkan stang motorku agar aku mendapatkan tempat parkir yang pas. Akhirnya dengan waktu yang cukup lama kami menemukan tempat parkir untuk kendaraan kami. Kami sempat mengeluh, karena kami takut ketinggalan acaranya hanya karena parkir motor yang lama.
Walaupun pada saat itu turun hujan, tapi kami tetap harus datang dalam, karena hari ini merupakan hari terakhir diadakannya FSBM. Pada saat kami selesai memarkir motor, kami pun langsung bergabung dengan penonton-penonton yang lain. Aku dan teman-temanku berada di tengah penonton yang memadati Rumah adat Melayu. Ternyata agenda yang sedang berlangsung pada saat itu adalah kata sambutan dari Ketua MABM Kalbar yaitu Chairil Effendy.
“huuuuuuu kiraiin masih ada acara malam ini, ternyata hanya penutupan kegiatan FSBM VI oleh Wagub Kalbar” komentar temanku Gina setelah melihat Pak Chairil Effendy menyampaikan kata-kata penutupan.
“yupssss Gin..coba kita datang kemarin waktu ada agenda adu vocal, pasti seru” sahutku sesaat.
“betul, coba kemarin ngak hujan….”keluh Gina.
Sebelum malam ini, kami sebenarnya berniat pergi pada hari jum’at malamnya. Karena ada agenda Kontingen Adu Vokal yang menurut kami pasti seru ditonton. Alasan kami memilih hari dan acara tersebut yaitu karena kami juga anak vocal grup diorganisasi yang sekarang kami masuki. Jadi, kalau hari jum’at kemarin kami nonton berarti kami dapat sedikit ilmu untuk belajar tehnik menyanyi, penguasaan dan arasemen musik serta penghayatan dalam menyanyikan sebuah lagu.
“sudahlah..jangan difikirkan hari yang kemarin, mendingan aku fokus untuk acara yang akan ditampilkan pada malam hari ini” kataku dalam hati.

Akhirnya kami hanya bisa melihat penutupan acara FSBM VI oleh Wagub kalbar, pembacaan surat keputusan FSBM VI, pembagian hadiah, dan penampilan seluruh juara pertama dari tangkai. Walaupun hanya acara penutupan tapi akhir dari acara sangat seru dan memukau para penonton, karena ada penampilan seluruh juara pertama dari tangkai. Pada saat kami asyik-asiyk mengobrol dan fokus melihat penampilan semua juara dari tangkai, aku mendengar percakapan seseorang dan aku menduga-duga bahwa orang tersebut masih duduk dibangku sekolah menengah.
“acaranya membosankan ya?” komentar pria berbaju biru disampingku.
“iya…mendingan kita pulang aja yuk? atau kita nyantai-nyantai dulu, gimana?” sahut teman yang ada disamping kanannya.
“boleh juga tuh…kita nyantai di Jl. Gajah Mada jak ye?” kata pria berbaju biru.
“terserah deh dimana…yang pasti kita pergi dulu dari sini, aku bosan banget kalau harus lama-lama ada disini” sahut temannya.
Pada saat aku dan teman-temanku mendengar percakapan seperti itu, kami hanya bisa tertawa.
“hahahahahahahahahah”serentak kami tertawa.
“dasar anak muda zaman sekarang, tidak tertarik sama sekali mengenai budaya yang ada di Kalbar khususnya kota Pontianak…kalau disuruh ngumpul dan dengar lagu-lagu pop,rock, dan yang lain-lain cepat” sahut Annis panjang lebar sambil memperhatikan pria-pria tadi keluar dari kerumunan penonton yang ada.
“jangan heran kali Nis…hehehe” sahut Dede disertai tertawa yang pelan.
“ya…ya…ya…” jawabku hambar.
Setelah kedua orang pria tadi menghilang dari pandangan kami, kami pun segera fokus kembali kearah panggung. Ternyata sekarang waktunya pembacaan pemenag, karena kami tidak terlalu jelas mendengar pemgumuman pemenang dari seluruh kegiatan FSBM VI kami pun mulai berdesak-desakkan untuk maju lebih kedepan agar dapat mendengar pemgumuman pemenang tersebut. Tetapi tidak sesuai dengan keinginan, kami malah terdesak sehingga kami menyerah dan mundur kebelakang kerumunan penonton. Untuk menghilangkan kejenuhan dan kekesalan kami, aku dan teman-temanku akhirnya memutuskan jalan-jalan disekitar Rumah Adat Melayu. Ternyata ada berbagai macam stand atau sejenis bazar yang masih buka. Tanpa berfikir panjang kami berempat pun mengunjungui satu-persatu stand-stand tersebut. Aku dan teman-temanku memasuki stand penjualan bunga, disana terdapat berbagai jenis bunga yang cantik-cantik dan semua bunga tersebut dapat kita temui di Kalimantan Barat. Setelah puas melihat-lihat bunga yang beranekaragam, kami pun berjalan keluar dari stand tersebut. Kemudian, kami juga ada melihat stand yang menjual pakaian, aksesoris perhiasan, topi, bahkan juga ada stand yang menjual baju bola. Setelah berkeliling cukup lama kami pun memasuki stand makanan yang menjual beranekaragam jenis makanan. Karena perut kami lapar, kami pun menyempatkan diri untuk singgah di stand tersebut. Beberapa lama kemudian setelah kami selesai makan, kami memutuskan untuk kembali ke tempat acara berlangsung. Tetapi tiba-tiba…
“aaaaaaaaaaaaaa” jeritan Dede membuat kami langsung mangalihkan pandangan kami kepadanya.
“ada apa Dek? Janganlah teriak-teriak! Malu kali diliatin orang ramai” sahutku yang masih terkejut mendengar jeritan dede barusan.
“coba kalian lihat kebelakang!” sahut Dede dengan ketakutan. Kontan kami pun menoleh dan ternyata tanpa perlu bertanya lagi kami sudah tau apa alasan Dede berteriak histeris kayak tadi.
“hahahahahaha…jadi itu alasannya,”aku menunjuk kearah belakang Dede dan telunjuk ku terarah ke seseorang yang sekilas mirip banget dengan cewek, malah lebih cantik dari seorang cewek. Tetapi kenyataanya orang yang memakai baju kaus ketat berwarna putih dan rok mini lepis yang pendek banget itu adalah seorang banci. Hal inilah yang membuat Dede menjerit, karena dari dulu Dede memang takut dengan yang namanya banci, orang gila, bencong, dan lain-lain. Bukan menenangkan Dede, kami malah tertawa terpingkal-pingkal dan itu menyebabkan banci yang tadi aku tunjuk menoleh kearah kami dengan pandangan yang menyeramkan. Tanpa berfikir panjang kami pun bergegas lari dari tempat tersebut. Setelah kami menemukan tempat yang aman, kami pun berhenti untuk mengatur nafas yang tersengah-sengah.
“Gina sih tertawanya besar banget, jadi ketahuan deh sama bancinya. Huuuuuu…”gerutuku setelah pernafasanku mulai teratur.
“habis…muka Dede ketakutan lucu banget, kayak muka orang yang habis melihat hantu. Hahahahaha…” lanjut Gina tertawa. Kontan aku langsung melihat ekspresi Dede yang mulai marah atas pernyataan Gina barusan. Sebelum ada yang cekcok duluan, aku berfikir lebih baik aku mengajak mereka kembali ke tempat acara berlangsung.
“sudah…mendingan sekarang kita kembali ke tempat pelaksanaan acara, gimana?”tanyaku.
“baiklah…” sahut Anis, Gina, dan Dede berbarengan.
Sebelum kami sampai ke tempat yang dituju, kami mendengar suara tepuk tangan yang meriah banget, otomatis itu membuat kami penasaran dan mempercepat langkah kaki kami menuju tempat dimana suara tepuk tangan tersebut berasal. Pada saat kami sampai ditempat yang dituju, ternyata sekarang sudah waktunya pembagian hadiah. Pembagian hadiah yang pastinya sudah ditunggu-tunggu para pemenang. Walaupun kami tidak tahu sebenarnya sekarang pembagian hadiah pada perlombaan apa, tetapi kami tetap bertepuk tangan untuk membantu memeriahkan acara tersebut. Aku sempat berfikir, ternyata kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat itu sangat beranekaragam, dan semuannya bagus-bagus banget.
Akhirnya acara pun selesai, dan kami berempat memutuskan untuk pulang. Sebelum sampai ditempat kami memarkirkan motor, kami sempat bertemu dengan bencong yang tadi kami perbincangkan. Dengan seribu langkah kami melaju menuju tempat parkiran dan menhidupkan motor kami. Baru saja aku ingin menggas motor agar bisa cepat-cepat keluar dari tempat tersebut,tiba-tiba ada seseorang yang memanggil.
“mbak…mbak…mbak…mbak yang memakai baju pink” suara seorang laki-laki. Aku pun menoleh untuk memastikan siapa yang kira-kira memanggilku. Dan ternyata aku meihat lelaki yang umurnya sekitar 30 tahunan berjalan kearahku. Dengan wajah heran aku bertanya.
“ada apa bang…?” tanyaku pada laki-laki tersebut.
“mbak belum bayar parkir” jawab abang parkir tersebut.. Aku pun memukul keningku dan berkata didalam hati, “gara-gara banci tadi aku jadi lupa membayar uang parkir”. Kemudian kukeluarkan uang seribuan didalam kantong celanaku dan memberikannya kepada laki-laki tersebut atau abang parkir tersebut.
“terima kasih mbak…,” kata abang parkir itu.
“sama-sama bang…maaf tadi saya lupa membayar parkirnya?” ujarku.
“iya tidak apa-apa mbak…”jawab abang parkir.
Aku pun segera menyusul teman-temanku yang menunggu didepan Rumah Adat Melayu. Kemudian, aku menceritakan kejadian tadi ke teman-temanku dan mereka hanya bisa menertawakanku.
Sebelum kami pulang kerumah masing-masing, kami memutuskan untuk kumpul sebentar dirumah aku untuk membahas apa-apa saja yang terjadi pada malam ini. Kami juga tidak akan lupa apa yang kami dapatkan pada malam hari ini untuk tugas Bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar