Kamis, 06 Januari 2011

Festival Budaya Punya Cerita

Oleh: Umi Mulyani
(NIM.F01109051)


22 Desember 2010, jam menunjukan pukul 16.30 disebuah kamar sederhana tapi manis, ditemani suami tercinta yang lagi bobo kecapean kerja, aku menulis cerita ini. Sejujurnya aku kalang kabut bukan kepalang ketika mengetahui ada tugas dari Dosen Bahasa Indonesiaku. Kami ditugaskan membuat cerita tentang pengalaman menonton Festival Budaya Melayu yang diselenggarakan beberapa hari yang lalu. Padahal sebelumnya aku sama sekali tidak tau ada tugas ini karena aku tidak masuk kuliah. Karena itulah tugas kali ini benar-benar menuntut daya ingatku, yang untungnya aku juga sempat mengunjungi acara festival budayanya.
Siang itu, hari kamis tanggal 16 Desember 2010 aku berada di Rumah Sakit untuk memeriksakan batukku yang tidak kunjung sembuh. Karena bosan menunggu dan proses berobat askes yang sangat panjang seperti birokrasi, iseng-iseng aku mengirim sms pada teman se¬-genk ku yana cemot dan meri cemot untuk mengajaknya ke Rumah melayu malam sabtu ini. Taunya sms ku direspon baik oleh mereka. Positive malam sabtu ini kami gila-gilaan lagi, karena memang jadwalnya tiab malam sabtu khusus untuk nakanak d”cecam0etz, dan tidak ada kata “tapi” untuk malam ini.
Besoknya aku ke Rumah Sakit lagi, karena kemaren baru diagnosa dokter, dan harus dironsen untuk kepastiannya. Hasilnya aku positive bronkitis tapi stadium awal. Kacaunya malam sabtu itu hujan lebat. Aku sempat tidak diijinkan suamiku keluar rumah karena khawatir dengan penyakitku. Tapi tentu saja aku membantah dengan alasan sudah janji dengan teman dan kapan lagi aku bisa jalan-jalan seperti ini. Nanti kalo sudah hamil atau punya anak, mungkin aku sudah tidak berkesempatan lagi jalan-jalan dengan teman-temanku. Sukurnya suamiku mengijinkan, asal diantar sama dia dan kalo udah selesai dijemput lagi. Tapi memang keinginan suamiku lebih didengar Allah, tiba-tiba batukku kambuh ampe aku muntah dan menitikan air mata. Make up ku juga luntur,dan mataku merah. Mana mungkin aku keluar dengan tampang lusuh seperti itu. Akhirnya suamiku menelfon teman-teman ku untuk membatalkan janjiku dengan teman-temanku. Padahal teman-temanku sudah pada cantik semua. Tapi untungnya aku punya teman-teman yang pengertian dan sayang padaku. Karena aku batal, mereka juga batal pergi untuk menunjukan kesetiaannya padaku. Tapi ujungnya aku yang merasa tidak enak, jadi aku buat janji lagi, tapi sore sabtunya.

Sore sabtunya kami jadi pergi untuk memenuhi ngidam nonton festival budayanya. Eh, taunya kami kompakan pake baju bernuansa hitam putih padahal tidak janjian. Karena pas lagi kompakan, kami memutuskan untuk narsis narsisan dulu di dekat pintu gerbang yang ada air mancurnya. Tapi sebelum masuk kami ditahan oleh tukang parkir yang mukanya ngiler minta ampun. He, kayak mau makan orang. Kami diwajibkan membayar Rp2000,- per motor. Setelah puas foto-foto kaya MODELempar pake sendal, kami lanjut lagi petualangan ke rumah melayu dan kami memilih untuk ke arah kiri dulu. Disana kami melihat stan pameran yang sudah agak sepi. Katanya sih sudah pada pulang karena malam itu malam terakhir. Aku kurang ingat nama-nama daerah stan yang aku datangi. Yang pling aku ingat tentu saja stand dari daerahku, Sambas. Disana aku melihat tenunan asli sambas yaitu kain benang emas dengan beraneka motif dan warna. Ada juga buku tentang sejarah Sambas, sampai buku bergambar mirip komik juga ada. Pas sekali temanku ada yang ingin menulis skripsi tentang budaya sambas. Tapi sekali dilihat harga bukunya Rp60.000,- cukup mahal untuk ukuran buku setipis itu, dan sangat mahal bagi anak-anak kost-kostan seperti temanku. Yang jaga stan juga sangat manis, dia itu kalo tidak salah modelnya sambas dan sempat menjadi kakak kelasku di SMP1 Sambas, tapi aku lupa namanya. Jadi aku cuek aja. Waktu itu kami diiringi lagu alok galling khas Sambas.Wah, meriah sekali rasanya. Aku juga ada tuh kasetnya di rumah. Lagunya itu dinyanyikan sama Irvan vokalis Seventeen. Karena dia juga asli Sambas, tepatnya di kecamatan Tebas dan sekarang ngungsi ke Jakarta. Tidak hanya itu, aku juga melihat baju mirip batik khas Sambas. Orang menyebutnya Talok Belangak. Tapi aku kurang tau persis itu benar-benar Talok Belangak atau bukan. Rame juga sih waktu itu. Tapi yang bening-bening belum ada keliatannya. Mungkin karena kami perginya sore atau memang stand daerah kurang diminati atau apalah. Yang penting be hepy aja lah bisa ngumpul dengan teman-teman ku tersayang.
Sudah puas ngotak-ngatik stand Sambas, aku lanjut lagi jalan ke stand daerah lain. Emmm, aku ingat-ingat dulu, kayaknya waktu itu aku ada liat stand dari daerah Kapuas hulu bukan yaa,, disitu kalo tidak salah ada ibu-ibu yang bisa bikin bross dan asesoris cewek live. Lucu-lucu asesorisnya. Harganya juga lucu-lucu. Ada yang Rp7000 sampai belasan ribu. Tapi aku gak beli, he, malas aja pake begituan. Setelah itu aku jalan lagi ada liat kueh kering, amplang juga ada, pokonya berbagai macam jenis kueh kering yang aku tidak tau dari daerah mana, karena memang aku tidak baca. Oya, waktu itu aku ada liat panggung ditengah tengah paling depan. Gimana ya ngejelasinnya. Pokonya ada panggung sederhana lah buat nampilkan budaya dari berbagai daerah, mungkin. Aku sih tidak tau persis, karena waktu aku kesitu, tidak ada kegiatan sama sekali. Sukurnya tempat stand nya tidak becek, karena ditutupi pake papan. Sakitnya aku fake sepatu hak tinggi, jadi harus hati-hati jalannya agar tidak keselip lubang. Seingatku waktu itu, semua stand pasti ada barang yang dijual.dan kebanyakan asesoris dan produk asli daerah. Sayangnya waktu aku pergi tidak ada pertunjukan apapun. Aku berharap sih, bisa nonton tarian yang mewakili asal daerah masing-masing. Kan pasti seru. Kita bisa melihat keaneka ragaman budaya dari daerah kita sendiri. Tidak hanya mengenal budaya daerah lain, jawa atau aceh misalnya yang mungkin lebih dikenal dari daerah kita.
Lanjut lagi petualangannya, aku dan teman-temanku merayap ke bagian tengah, keluar dari stand budaya. Disitu lagi-lagi ada yang jual asesoris, celakanya ada yang jual dalaman wanita. Wah, jadi malu barang keramat dipajang dimana-mana. Gak jauh dari situ ada yang jual sepatu ceper, ada sih yang oke, tapi untuk ukuran kakiku tidak ada, paling gede ukuran 38, sedangkan kakiku ukuran 41. Udah gitu temanku banyak ngemeng, jadilah diomelin sama yang tukang jual. Hehe.
Masuk lagi ke dalam, bagian bawahnya rumah melayu, aku liat baju batik untuk cowok oke sangat. Harganya Rp130.000, tawar-tawar abisnya Rp105.000 tapi gak beli juga. 2x bikin kesal orang. Lagi enak jalan ketemu kawan lama dari Singkawang. Ada 4 orang semuanya. Dua diantaranya mantan temanku dari orang yang sama. Dan masing masing dari mereka udah bawa gandengan baru. Tapi temanku nyantai aja. Lagian cantikan temanku lah. Kalah saing jauh lah tuh cewek. Hehe. Karena suasana sangat dingin, kami ijin enyah dari situ. Dan lanjut lagi liat asesorisnya. Kali ini ada perhiasan mutasi emas dari koin. Ada juga oleh-oleh menara petronas dari Malaysia, yang ada jamnya juga. Tapi orangnya sombong gak mau kasi tau harganya. Dia Cuma bilang mahal. Mao manas rasanya. Tapi pas dia bilang harga perhiasan 10.000,- kami bilang murahan benar dengan ekspresi yang enggak banget. Tapi ngotak ngatik barang satu pun tidak ada yang beli. Manas orangnya sambil bilang kami tak mampu beli. Kami ketawa ngakak zak. Hehe
Disitu barang yang dijual lebih bervariasi, ada yang jual baju gamis, jilbab, tas, oleh-oleh sampai berbagai macam kuliner sedap. Hum, tapi sayangnya satu pun aku gak bisa makan. Karena mengingat pesan dari suamiku tercinta untuk tidak makan sembarangan, anti minyak dan es. Udah gitu harus pulang sebelum magrib dan bawa jaket tebal. Aku sih dari rumah kayak orang pesakitan fake jaket tebal. Tapi pas aja nyampe tempat temanku, jaket rajutan pemberian mertuaku langsung aku buka, karena kurang ajar panasnya. Tapi lagi-lagi feeling suamiku benar. Tiba-tiba saja gerimis. Waktu itu aku lagi melihat baju pantai warna-warni aduhai. Cantek-cantek bajunya. Aku mau beli, tapi orangnya gak bisa ditawar sama seekali. Mentangkan zak rame yang nangkring disitu. Padahal sih Cuma Rp 20.000 aja. Tapi bawaan pengen yang dibawah harga standar, aku gak beli juga. Taulah akhir-akhir ini aku sangat pelit dengan belanjaan. Padahal kantong masih tebal. Hehe. Cuma aku ada yang pengen dibeli. Dan harus nabung lama baru bisa kesampaian. Jadi harus pelit dulu ma diri-sendiri.
Kembali ke topik gerimis, aku teringat dengan helm kesayanganku yang masih nempel manis di jok motor. Jadi harus diamankan dulu sebelum hujan lebih lebat. Dengan sekuat tenaga aku dan temanku berlari menuju tempat parkir dan menutupi helm ku dengan jas ujan. Setelah kupastikan sangat-sangat aman, aku kembali lagi ke tumpuanku ke stand tanaman yang menarik perhatianku saat berlari. Wah, cantik, manis, rupawan, pokonya indah sekali tanaman-tanaman yang dipajang. Ada bunga kaktus yang diberi baju, ada bunga kawin, yang daunnya macam-macam model tapi dari batang yang sama, ada juga yang mirip-mirip daun keladi. tapi sekali tanya harganya ratusan ribu. Aku nyerah deh, baju yang harganya puluhan ribu aja aku tolak, apalagi Cuma tanaman yang suatu saat bisa mati karena lupa aku siram. Bendera putih ajalah kali ini. ”Cuma berniat liat aja kok buk”. Hehe.
Temanku menarikku menuju tetesan air dari langit. Kirain mau main ujan, ternyata dia mau ngajak aku ke atas. Katanya ada pameran lukisan. Sumpah aku baru kali itu liat pameran lukisan. Mungkin lebih wah dari lukisan yang pernah aku lihat di images laptob ku. Dengan girang riang gembira aku memperpanjang langkah kakiku menaiki tanjakan yang sangat curam dengan sepatu tinggiku. Perjuangan yang sangat berat, dan mengecewakan ketika kami dilarang masuk oleh petugas karena mengingat hari hujan dan takutnya tetesan air hujan di baju kami yang rusuh ini mengenai lukisan cantiknya. Ternyata tidak hanya kami yang kecewa, puluhan orang lainya yang sudah berjuang untuk nyampai ke atas tidak berkempatan melihat pameran lukisan secara langsung. Bahkan ada yang sudah renta juga diusir bahkan tidak boleh menaiki tangga berikutnya. Menyedihkan sekali.
Tapi kami tersenyum kembali ketika melihat stan yang menjual barang kenangan festival budaya melayu. Ada gelas, baju, topi sampai pin juga ada. Ditambah lagi foto kita bisa di dicetak di gelas, baju, dan pin sesuai pesanan. aku sih pengennya majangin foto nikahku di gelas mulus berwarna putih itu. Harganya Rp35.000,- anti tawar-menawar. Tapi aku gak beli, hehe, karena aku mau pesannya dibawah meja aja dan konsultasi dulu dengan suamiku. Temanku meminta kartu nama yang jual, dan berjanji kalo ingat pasti pesan. Hehe.
Tidak lama setelah azan maghrib berkumandang, tiba-tiba saja sakitku kambuh. Batuk- batuk ampe mau nagis, secepat kilat aku ke stand makanan untuk beli air sebotol. Gak tahan lagi aku cepat-cepat ngajak temanku pulang. Pasti karena aku sudah janji pulang sebelum magrib, makanya Allah ngingatin aku untuk cepat pulang. Untungnya aku ikuti pesan suamiku untuk membawa jaket rajutan tebalnya. Jadi jaketnya langsung aku pake dan aku tidak kedinginan sampai tiba di rumah. Tapi yang bikin merinding tuh tukang parkirnya. Nanya-nanya mulu kaya wartawan amatiran. Nanyanya mulai dari alamat rumah, daerah asal, sampe pulang ama siapa aja juga ditanyain ma dia. Benar-benar gerimis mencekam. Aku bilang aja pulangnya rame-rame. Padahal pulangnya menuju rumah dan kost masing-masing. Dirumah, suamiku dan mertuaku tersayang sedang menungguku untuk makan malam. Senangnya tiba dirumah langsung disambut suami tercinta, langsung disuruh makan lagi. Hehe.
Beberapa hari kemudian, di kampus FKIP UNTAN kejadiannya. Aku menanyakan tugas tugas apa yang aku tidak ketahui selama aku tidak kuliah. Aku mangabsen dari hari senen ampe hari jum’at. Tiba urutan absen hari kamis, tepatnya mata kuliah bahasa Indonesia, temanku mengatakan bahwa ada tugas membuat cerita tentang acara festival budaya melayu yang telah berakhir minggu yang lalu. Celakanya lagi tugas tersebut dikumpulkan kamis ini, sedangkan aku baru tau hari selasa. Lembur deh jadinya. Tapi berharap dengan dukungan suami aku dapat menulis cerita ini dengan baik dan setidaknya tugasku selesai. Alhamdulillah selesai sampai pukul 11.30 malam kamis. Makasih suamiku, makasih Allah. Waktunya bobo. Assalamualaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar