Kamis, 06 Januari 2011

Festival Seni Budaya Melayu VI

Oleh: Sri Wulandari
(NIM.F01109006)

“ Aaaahhhh….. akhirnya perutku kenyang juga dan cacing- cacing diperutku tidak lagi bermain- main seperti orang yang lagi bermain band. Melihat jam ditangan baru menunjukan pukul 09:00 pagi. Hari ini keluar dari ruangan perkuliahan cepat dari biasanya. Selesai dari kuliah Bahasa Indonesia kami berdua Maya langsung menuju tempat makan yang tempatnya tidak jauh dari kampus yaitu dibelakang BAAK. Selesai makan kami berdua Maya sudah berniat untuk pulang karena masuk kuliah lagi masih lama sekitar tiga jam lebih.
Ketika mau beranjak dari tempat duduk tiba- tiba ada suara dretttt….drettt…. di dalam tas. Eehhh ternyataitu suara hp dan ada sms dari teman sekelas yaitu Nunung. Bunyi smsnya seperti ini…
“ Kami mau ke BPS ( Biro Pusat Statistik ) habis itu mau nonton petunjukan melayu sama budak- budak kalau sudah selesai dari BPS mau ikut tidak ?”….
Rupanya bukan aku saja yang di kirimkan oleh Nunung sms seperti itu tetapi Maya juga dikirimkan olehnya. Kami berdua pun mendiskusikan apakah ikut mereka atau tidak alasannya kami berdua pun sudah ada niat untuk pergi besok hari jumat tanggal 17 desember melihat pamerannya sekalian mengerjakan tugas yang diberikan oleh pak Dedy Ari Asfar.
Akhirnya setelah berunding kami berdua pun memutuskan untuk membalas sms Nunung dan isi smsnya mengatakan bahwa kami berdua mau ikut mereka melihat pameran tersebut. Kami berdua berniat hanya ingin jalan- jalan saja dan melihat bagaimana situasi disana jadi ketika besok kami kesana sudah mengetahui tempat- tempat pamerannya dan situasi dipameran tersebut. Nunung pun membalas sms kami berdua dan menyuruh kami berdua untuk menunggu di depan Fakultas Teknik karena dia dan kawan- kawan yang lainnya lagi berada di fotokopi yang ada di sepakat.

Sekitar setengah jam kami berdua Maya menunggu mereka. Dengan cuaca yang hari ini benar- benar tidak bersahabat. Rasa- rasanya matahari berada di atas kepala. Uuuhhhsssss…..... panas banget rasanya pengen pulang kerumah dan langsung mandi. Tepatnya pukul 10:00 kami berangkat ke BPS. Sekitar 10 menit kami sudah nyampai di BPS. Sesampainya di BPS kami lansung masuk ke dalam ruangan perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dipinjam kemarin.
“ Eeemmmmm….. segar banget berada diruangan BPS rasanya tidak ingin keluar ujur Maya “. Setelah selesai mengembalikan buku kami pun keluar. Untuk menyingkat waktu kami langsung pergi ke rumah adat melayu yang letaknya tidak jauh dari BPS yaitu disebelah BPS. Supaya tidak bayar pakir di rumah adat melayu kami memutuskan untuk meninggalkan motor di BPS dan berjalan kaki sama- sama ke rumah adat melayu. Jadilah tidak keluar uang walaupun hanya dua ribu rupiah, biasalah mau akhir bulan uang makin menipis di dompet jadi harus berhemat ujur ku dalam hati.
Ketika mau masuk ke dalam rumah adat melayu, tiba- tiba seorang ibu meminta tolong kepada kami untuk membuka gerbang agar lebih besar lagi. Emanglah pintu masuknya dibuka kecil sekali jadi susah untuk masuk apabila bawa barang- barang. Sesampainya dirumah adat melayu kami langsung pergi ke lantai atas yang mana nama ruangan tersebut yaitu Balairuangsari. Kami beniat untuk melihat seminar adat melayu. Dimana pada saat itu masih acara seminar adat melayu.
Belum setengah tangga kami naikkan tiba- tiba Nunung yang paling depan berjalan tiba- tiba berhenti. Dia pun berbicara….
“ Coba lah kalian liat orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut sepertinya orang- orang yang tertentu saja. Dan pakaian mereka pun rapi- rapi semua”.
Mendengar perkataan Nunung seperti itu kami semua serempak melihat pakaian masing- masing. Dan saling melihat satu sama lain sambil tertawa. Akhirnya kami membatalkan untuk tidak masuk ke dalam rungan tersebut. Kami pun berjalan mengelilinggi rumah adat melayu. Masih banyak stan- stan yang belum di buka, jadi suasananya masih belum ramai. Termasuk stan Kapuas Hulu yang masih sunyi sepi tanpa satu pun orang yang menjaganya. Dimana di stan tersebut mereka menjual kerupuk basah. Kerupuk basah adalah salah satu makanan khas Kapuas Hulu. Pembuatannya menggunakan bahan- bahan yang sederhana dan mudah di buat. Semua orang pun akan bisa membuatnya. Adapun bahan- bahannya adalah ikan untuk ikan terserah mau ikan apa yang penting bisa dibuat kerupuk basah kecuali ikan laut yang tidak bisa di gunakan untuk membuat kerupuk basah. Sebaiknya menggunakan ikan sungai yaitu ikan yang di tangkap oleh nelayan- nelayan yang masih menggunakan alat yang sederhana untuk menangkap ikan seperti menggunakan jaring. Menurut orang yang sudah pengalaman membuat kerupuk basah yang paling enak menggunakan ikan tenggiri atau biasa disebut orang Kapuas Hulu ikan belidak. Selain ikan bahan- bahan yang lainnya adalah tepung, bawang putih, merica, air yang sedang mendidih atau air panas, garam secukupnya sesuai dengan selera masing- masing, dan cabe untuk lawan makannya. Adapun cara pembuatannya adalah ikan di bersihkan dari sisik dan kotorannya, setelah itu di hancurkan sampai hancur. Setelah hancur di campur dengan tepung, bawang putih dan merica yang sudah ditumbuk dengan halus, dan garam secukupnya. Setelah semuanya di campurkan masukan air panas ke dalam adonan tersebut secukupnya sambil di aduk- aduk sampai merata dan sampai adonan tersebut bisa di gulungkan seperti berbentuk tabung. Untuk ukuran panjang terserah orang yang membuatnya. Setelah semuanya di gulung, masukkan ke dalam air yang sedang mendidih di atas kompor. Apabila kerupuk basah tersebut sudah menggapung di atas air berarti sudah masak dan segeralah untuk mengangkatnya. Untuk lawan makannya buatlah cabe atau dapat juga menggunakan saos yang dijual di toko- toko atau di minimarket. Kerupuk basah siap untuk di sajikan dan di makan.
Stan yang pertama kali kami liat yaitu bunga- bunga. Begitu banyak bunga- bunga yang cantik. Dari semua bunga yang kami liat saya lebih tertarik dengan bunga kaktus. Dimana kaktusnya bermacam warna. Dan bentuknya pun unik- unik, walaupun kecil tetapi memiliki keindahan tersendiri yang membuatnya bernilai mahal. Setelah melihat bunga kami pun melihat pameran- pameran yang lainnya. Salah satunya kami melihat pameran sepatu dan pameran bros dan kerudung. Uniknya di pameran bros saya bisa melihat langsung bagaimana cara pembuatan bros yang rantainya panjang dimana pada saat ini lagi ngetrennya bros tersebut.
Saya tidak sempat untuk berbincang- bincang dengan kakak yang sedang membuat bros karena saya melihat kakak tersebut lagi konsentrasi jadi saya takut untuk mengganggu dia. Saya pun melihat cukup rumit di dalam pembuatannya, harus tekun dan teliti sebab apabila sedikit salah bisa- bisa tangan kita terkena jarum bros tersebut. Walaupun penuh dengan ketekunan di dalam pembuatannya tetapi menghasilkan sosok benda yang sangat bagus, mewah dan yang pastinya sangat berguna untuk semua orang. Saya tidak melewatkan kesempatan ini, setelah melihat pembuatannya saya pun membeli beberapa bros yang di pajang cantik di depan stan tersebut. Begitu banyak bros- bros yang cantik dengan bentuk yang unik. Perpaduan warna yang membuatnya semakin kelihatan elegan. Harganya pun sesuai dengan barangnya dan dapat terjangkau oleh anak- anak kuliahan seperti saya.
Setelah melihat- lihat saya pun memutuskan untuk membeli dua bros yang menurut saya paling unik diantara bros- bros yang lainnya. Yang satunya berwarna kuning emas dan yang satunya lagi berwarna merah marun. Rupanya di pameran bros ini kita bisa memesan warna bros sesuai dengan keinginan kita. Selesai membayar bros tersebut kami berdua Maya melanjutkan perjalanan kami untuk melihat pameran- pameran yang lainnya. Di stan berikutnya kami berdua melihat sebuah rumah yang dibuat dengan kain- kain yang menggunakan warna kuning emas, dimana di dalam rumah tersebut terdapat barang- barang yang orang gunakan ketika menikah sesuai dengan adat melayu. Kami berdua Sempat ingin masuk tetapi orang yang menjaga stan tersebut tidak berada ditempat, jadi kami berdua pun memutuskan untuk pergi karena tidak berani untuk masuk ke dalam rumah itu.
Tanpa disadari kami berdua ditinggalkan kawan- kawan, melihat kesana kesini tidak sedikitpun kelihatan wajah mereka. Akhirnya, kami berdua memutuskan untuk kembali ke kampus dan berniat untuk kembali besok melanjutkan mencari data untuk tugas bahasa Indonesia. ( 16 Desember 2010).
Pada tanggal 17 Desember 2010 kami berdua Maya sudah janjian untuk pergi lagi ke pestival budaya melayu tepatnya malam hari setelah selesai sholat isya. Kami berdua ingin melihat lomba vocal group yang diadakan malam hari. Setelah selesai sholat isya dan saya sudah bersiap untuk pergi jemput Maya tiba- tiba hujan turun dengan lebatnya. Apabila semakin saya teruskan untuk pergi pasti baju akan basah semua. Ternyata cuaca tidak bersahabat dengan kami. Saya pun langsung sms Maya menanyakan apakah jadi untuk pergi atau tidak. Jika jadi berarti harus menunggu hujannya reda. Sambil menunggu hujan reda hp pun berbunyi ternyata itu balasan sms dari Maya. Smsnya berisi bahwa dia tidak jadi pergi ke pestival itu di karenakan hujannya lebat dan belum berhenti juga.
Walaupun Maya tidak jadi pergi itu tidak membuat saya putus asa. Saya pun langsung mengajak kawan satu kontrakkan untuk pergi nonton festival adat melayu apabila hujannya sudah reda. Detik berganti detik, menit berganti menit dan jam berganti jam saya menunggu lamanya hujan belum juga reda. Sedangkan lomba vocal group pasti sudah mulai. Benar- benar membutuhkan kesabaran di dalam menunggu hujan reda sebab kita tidak akan pernah tahu kapan hujan akan reda.
Tepatnya pukul 21:15 wiba hujan sudah mulai- mulai berhenti hanya tinggal ngerimisnya saja. Saya pun nekat untuk pergi dengan kawan satu kontrakkan. Di sepanjang jalan kelihatan sepi, tidak seperti malam- malam biasanya hanya sebagian kendaraan bermotor dan mobil saja yang melintas di jalan di karena hari hujan orang jadi malas untuk keluar kecuali ada urusan yang penting. Selain dari pada itu jalanan pun sangat licin dan harus berhati- hati di dalam mengendarai kendaraan khususnya sepeda motor, karena yang kita tahu kendaraan bermotor sangatlah rawan kecelakaannya apabila di jalan yang licin.
Hanya memerlukan waktu 15 menit saya dan kawan sudah nyampai di rumah adat melayu. Dengan pakaian yang lumayan basahnya di karenakan hujannya belum benar- benar berhenti masih ngerimis- ngerimis. Begitu ramainya orang yang datang ke pestival adat melayu sampai- sampai tempat untuk pakir motor pun sangat susah. Bahkan kata tukang pakir orang yang datang berebut- rebut untuk memakirkan kendaraan mereka. Padahal malam itu cuacanya tidak bersahabat tetapi antusias orang- orang tidak berkurang untuk menonton lomba vocal group.
Setelah memakirkan motor kami berdua langsung masuk ke dalam. Eeemmmm begitu ramainya orang sampai susah untuk kita berjalan. Dengan langkah seribu kami berdua langsung pergi ke tempat lomba vocal group. Sangat di sayangkan lombanya sudah mau selesai dan saya pun tidak tahu sama sekali mengetahui bagaimana keadaan atau suasana perlombaan. Karena ketika saya sampai ke ruangan perlombaan itu yang tampil pada saat itu adalah peserta yang terakhir. Yang saya lihat hanyalah pendukung- pendukung dari masing- masing peserta yang selalu bertepuk tangan tanpa hentinya. Melihat acaranya sudah mau selesai saya pun mengajak teman saya keluar dari ruangan untuk melihat pameran- pameran yang ada di masing- ,masing stan. Saya yakin pasti banyak pameran- pameran yang unik- unik, karena semua stan sudah terbuka tidak seperti waktu itu hanya sebagian stan- stan saja yang sudah di buka.
Tebakan saya benar, masing- masing stan mempunyai keunikan tersendiri sehingga bisa membuat orang berminat untuk membelinya. Setelah keliling beberapa kali di pameran tersebut saya dan teman saya merasa lapar dan kehausan. Kami berdua pun mencari tempat yang nyaman untuk duduk sambil makan dan minum. Tiba- tiba teman saya menepuk bahu saya dan mengajak saya pergi ke stan Kapuas Hulu untuk makan kerupuk basah. Dia mengatakan sudah lama tidak pernah makan kerupuk basah dan yang pastinya orang yang menjual kerupuk basah tersebut pasti orang Kapuas Hulu jadi bisa nyambung ngomongnya karena sama- sama orang Kapuas Hulu.
Sesampainya di stan tersebut kami berdua langsung memesan kerupuk basah 4 gulung dan dua gelas minuman the es. Sambil makan kami berdua berbincang- bincang dengan penjualnya. Kebetulan sekali di tempat tersebut ada salah satu panitia penyelenggaraan pestival adat melayu lebih enaknya lagi dia sama- sama dari Kapuas Hulu. Tidak ingin melewatkan kesempatan saya pun menanyakan tentang asal usul melayu kepada bapak itu. Bapak itu mengatakan kalau dia memiliki bahan tentang asal- usul melayu tetapi bahan tersebut tidak di bawanya melainkan ada di rumahnya. Saya pun memohon dengan bapak itu untuk menceritakan tentang asal- usul melayu, sebab saya yakin sekali bapak itu pasti mengetahuinya. Melihat ekspresi wajah saya yang mungkin bisa di katakana seperti pengemis di jalanan. Bapak itu merasa kasian dan mencerikan apa yang dia ketahu tentang asal- usul melayu. Berikut ceritanya….
Kalimantan atau Borneo adalah pulau yang mempunyai banyak misteri dan kontroversi. Meskipun bumi Kalimantan atau Borneo selalu dikaitkan dengan orang dayak, beberapa pengkaji Kalimantan berkesimpulan bahwa pulau ini merupakan tanah asal- usul persebaran bahasa melayu. Oleh itu, Kalimantan juga merupakan bumi orang melayu. Menurut Collins (1995) jumlah penutur dialek bahasa melayu di Kalimantan sekarang ini melebihi angka 50 persen dari jumlah penduduk di pulau ini. Dalam konteks etnis/ suku, orang melayu selalu dibedakan dengan orang Bugis, Banjar, Minangkabau, dan beberapa suku lainnya karena mempunyai adat istiadat dan budaya tradisi sendiri. Namun, dalam konteks cultural dan politik local suku- suku migrant beragama Islam itu mengidentifikasi diri dalam rumpun melayu. Oleh karena itu, penamaan melayu di Kalimatan mengalami kerancuan definisi yang berbeda dengan kategori melayu di wilayah pantai Timur Sumatera, Riau, Bangka dan Belitung, dimana kategori melayu di daerah- daerah itu merujuk pada asal- usulnya sebagai kelompok etnis/ suku. Sedangkan di Kalimantan, terutama Kalimantan Barat kategori melayu juga termasuk orang dayak dan keturunannya yang beragama Islam.
Potret melayu Kalimantan Barat dulu dan kini. Sketsa perekonomian melayu, melayu adalah salah satu dari komponen masyarakat Kalimantan Barat yang telah banyak mengukir sejarah sepanjang pada seluruh aspek kehidupan, termasuk perekonomian Kalimantan Barat. Masyarakat melatyu telah menentukan wajah perekonomian Kalimantan Barat dulu. Namun kini kayaknya melayu sudah berubah posisinya, buukan menjadi pelaku yang paling menentukan wajah perekonomian daerah. Keunggulan masa lalu yaitu kejayaan ekonomi, pengusaha sumberdaya, dan kualitas manusia. Kesuraman masa kini yaitu bukan pengusaha, daya saing rendah, kewirausahaan, terjebak feudalism modern, dan pendidikan yang gamang. Ada pun upaya- upaya yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan, lingkungan social, pemberdayaan dan redistribusi sumber daya, serta kemitraan dan kerja sama.
Pendidikan melayu di Kalimantan Barat dulu dan kini. Eksitensi “ melayu “ baik sebagai puak satuan etnis, budaya maupun identitas hasil bentukan dari konsep/ image tertentu yang unik dengan karakteristik : bermartabat, berbudi luhur, berahlak tinggi, cerdas ( terkenal dengan karya- karya kesusasteraannya ) ramah, terbuka, bersahaja sehingga berhasill menempatkannya pada kedudukan yang layak untuk diterima bahasanya sebagai bahasa Nasional bangsa Indonesia, sebagaimana diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
“Ya begitulah cerita singkat tentang asal- usul melayu yang dapat bapak ceritakan kepada kalian berdua”, ujur bapak tersebut. Setelah selesai menceritakan kepada kami berdua bapak tersebut langsung pergi di karenakan ada urusan yang harus di selesaikan oleh dia. Sebelum bapak itu pergi saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya sudah mau menceritakan asal- usul melayu. Tetapi sayangnya saya tidak sempat menanyakan nama bapak tersebut. Saya melihat bapak itu terburu- buru ingin pergi. Jadi saya tidak berani untuk mengejarnya.
Melihat jam di tangan tidak terasa sudah menunjukan pukul 22:00 Wiba. Setelah membayar kerupuk basah dan minuman kami berdua pun bergegas- gegas untuk pulang karena sudah larut malam. Suasana di pestival pun sudah mulai sepi, orang- orang sudah mau pulang semua. Stan- stan sudah pada mau ditutup, bahkan ada beberapa stan yang sudah ditutup. Ternyata uang pakir cukup mahal tidak seperti biasanya, kita harus membayar dua ribu rupiah. Tapi tidak apa lah yang penting motor aman dan saya pun bisa mendapatkan bahan untuk tugas Bahasa Indonesia.
Selesai…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar