Selasa, 11 Januari 2011

Perjalanan di Festival Budaya Melayu Kalbar VI

Oleh: Aris Valentino
(NIM.F01109017)

Tanggal 16 desember 2010, sekitar pukul 10.00, aku dan beberapa orang temanku pergi berkunjung ke rumah adat melayu dalam rangka acara Festival budaya Melayu Kalimantan barat yang ke VI. Acara ini dilaksanakan dirumah adat melayu Pontianak yang dimulai dari tanggal 13 sampai dengan 18 desember 2010. Acara ini dilaksanakan oleh Majelis adat budaya Melayu Kalimantan barat dalam rangka meningkatkan hubungan silahturahmi suku melayu yang ada di Kalimantan barat.
Siang itu setelah mengikuti matakuliah Bahasa Indonesia, aku dan beberapa orang temanku mendapat tugas dari Dosen untuk melihat apa saja yang ada di dalam festival seni budaya melayu tersebut. Aku dan beberapa orang temanku pun pergi ke festival budaya tersebut untuk melihat apa-apa saja yang ada di acara tersebut. Sepanjang jalan mulai dari gedung PCC sampai rumah adat melayu, jalan sudah dipenuhi banyak orang. Dipingir-pinggir jalan banyak sekali hiasan-hiasan yang berbau dengan etnis melayu. Sekitar jam setengah sebelas atau tepatnya pukul 10.53 aku dan teman-temanku pun sampai disana. Ketika sudah mulai mendekati rumah adat melayu tersebut suara-suara musik yang sangat khas dan kental seperti gendang, seruling dan rebana dari suku melayu mulai terasa. Saking asyiknya menikmati alunan musik tersebut, sampai-sampai aku tidak menyadari ada orang yang berteriak kepadaku,” bang parkirnya jangan disitu, tetapi diujung sana”. Sontak saja aku sangat kaget dan menoleh kepada orang tersebut sambil berkata kepadanya,” oh iya, maaf bang”, sambil menyeret motorku kearah parkiran. Setelah aku memarkirkan motorku di tempat parkiran, orang itu berkata kepadaku,” bang ongkos parkirnye due ribu jak ye”, dengan logat melayunya yang khas. Aku pun membayar ongkos parkir tersebut dan mendapat karcis untuk masuk sekaligus untuk bukti pembayaran yang dikembalikan jika ingin pergi dari tempat tersebut.

Aku pun dan teman-temanku bergegas untuk masuk dan melihat-lihat apa saja yang ada dalam acara tersebut. Ketika memasuki halaman rumah adat tersebut hanya satu kata yang bisa kuucapkan, “fantastis”. Untuk pertama kalinya seumur hidupku, baru kali ini aku memasuki rumah adat melayu. Yang kulihat disana adalah orang-orang yang sibuk dengan akitifitasnya masing-masing. Ada yang sedang tawar menawar dengan para penjula yang mendirikan stand-stand disana. Ketika memasuki halaman rumah adat tersebut aku dan teman-temanku dilihat oleh banyak orang. Mungkin melihat cara berpakaian kami yang memang pada saat itu berpenampilan menjadi seorang mahasiswa. Jika aku menebak apa yang ada dalam pikiran mereka, mungkin mereka berpikir apa yang akan dilakukan olah mahasiswa ditempat seperti ini. Dilihat orang seperti itu membuatku sedikit menjadi malu, tetapi aku tetap percaya diri untuk tetap dan masuk ditempat tersebut. Setelah berkeliling sebentar didepan rumah adat melayu tersebut aku pun bertanya kepada teman-temanku,” mau kemana lagi kita?”. Temanku pun menyarankan untuk naik keatas rumah adat melayu tersebut untuk melihat-lihat siapa tahu ada yang bisa kami dapatkan disana. Sama halnya dengan saat akan memasuki halaman rumah adat tersebut, ketika akan naik ke atas melewati tangga dirumah adat tersebut, untuk kedua kalinya kami pun dilihat oleh banyak orang dan yang kali ini aku sangat lebih malu dari yang pertama karena yang melihat kami adalah orang-orang yang seperti mempunyai jabatan yang sangat tinggi seperti kaum keturunan keraton. Salah. Sebenarnya aku sangat malu untuk naik keatas karena kami tidak tahu apakah kami boleh untuk dapat naik keatas karena yang kulihat orang-orang yang ada disana adalah sperti orang-orang keturunan keraton sedangkan kami hanya seorang mahasiswa. Tetapi salah seorang temanku berkata kepadaku,” tidak apa-apa, kitakan hanya ingin melihat-lihat saja”. Sedikit keberanian mulai kurasakan ketika temanku berkata seperti itu dan aku pun tetap naik keatas untuk mencari tahu apa-apa saja yang ada diatas atau didalam rumah adat melayu tersebut.
Sesampainya diatas, aku dan teman-temanku pun langsung menemui petugas atau panitia acara yang ada disana. Mereka pun bertanya tentang apa tujuan kedatangan kami kesini. Salah seorang temanku pun menjelaskan bahwa kami disini ingin melihat-lihat pemeran dan apa-apa saja acara yang ditampilkan disini. Aku dan teman-temanku pun juga menjelaskan asal kami yang berasal dari Untan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan program studi ekonomi dan kami datang ke sini untuk melihat apa-apa saja kegiatan yang dilakasanakan disini dan ini kami jadikan sebagai data untuk kepentingan kuliah. Petugas pun mengizinkan kami melihat-lihat diatas keraton tersebut. Ketika kami melihat kedalam ada suatu seminar yang sedang berlangsung disana. Aku pun sangat penasaran apa yang dibahas dalam seminar tersebut. Aku pun mangajak teman-temanku untuk mencoba bertanya kepada petugas yang ada disitu apakah kami dapat ikut serta dalam seminar tersebut. Setelah berunding sejenak dengan petugas disitu akhirnya kami pun diizinkan untuk masuk. Sebenarnya hanya orang-orang tertentu dan tamu-tamu saja yang boleh diizinkan untuk masuk diseminar tersebut. Tetapi setelah mengetahui asal kami dari Untan dan kepentingan kami adalah untuk mencari informasi untuk kuliah kami pun diizinkan untuk masuk kedalam seminar tersebut. Sebelum kami masuk kedalam, kami terlebih dahulu harus mengisi daftar buku tamu yang telah disediakan. Setelah aku dan teman-temanku mengisi daftar tersebut, kami masuk kedalam ruangan tersebut. letak ruangan tersebut tepat ditengan-tengah keraton dan pintu masuknya sejajar tepat dengan tangga untuk naik keatas keraton tersebut. nama ruangan tersebut atau nama ruangan tempat seminar tersebut adalah Balairungsari.
Ketika memasuki ruangan tersebut aku sangat terpesona dengan isi didalam ruangan tersebut. ruangan yang ditata dengan sedemikian rupa tersebut sangatlah luar biasa. Motif bunga yang menjadi ciri khas dari suku melayu terukir dengan indahnya dilangit-langit ruangan tersebut. belum lagi dengan warna kuning yang menjadi simbol utama dari suku melayu didalam keraton tersebut semakin memperkental suasana keraton diruangan tersebut. dari kejauhan tampak enam orang duduk didepan yang memimpin jalannya seminar. Pakaian yang mereka pakai menggunakan pakaian adat suku melayu. Semua itu menambah semakin terasanya suasana didalam keraton tersebut dan semua itu mengingatkan kukembali seperti berada kembali dijaman Kerajaan seperti dahulu kala. Ketika kami masuk kedalam ruangan, seminar tersebut sudah dimulai dan aku kurang tahu apakah seminar tersebut sudah lama dimulai atau belum. Ketika kami masuk kami sedikit gugup karena melihat orang yang mengikuti seminar tersebut sangatlah banyak. Suasana yang ramai mulai terasa disaat dalam seminar tersebut sedang dalam sesi Tanya jawab. Aku dan teman-temanku pun mencari kursi yang kosong untuk dapat kami gunakan untuk duduk agar dapat mengikuti seminar tersebut. nasib yang tidak baik berpihak kepadaku, ketika teman-temanku sudah mendapatkan kursi, hanya aku sendiri yang belum dapat. Aku pun memandang seluruh ruangan apakah masih ada kursi yang masih bisa kugunakan untuk duduk. Tapi sepertinya sia-sia saja karena setelah aku melihat ternyata tidak ada lagi kursi yang tersisa. Ditengah aku sedang mencari kursi, perhatianku menjadi terpusat pada suatu lukisan yang ada diruangan tersebut. begitu indahnya. Tetapi tiba-tiba temanku datang sambil mengagetkanku,”hoiii,lagi ngapa kau ris,” sontak saja aku sangat kaget. Aku pun berkata bahwa tidak ada kursi kosong yang bisa digunakan untuk. Temanku pun membantuku untuk mencarikan kursi untukku. Tetapi tetap saja hasilnya nihil karena kursi telah terisi semua. Tiba-tiba mataku tertuju pada panggung kecil di dekat pintu masuk. Aku pun memutuskan untuk duduk disana saja karena tidak ada lagi kursi yang kosong dan akhirnya aku duduk di panggung tersebut dan mengikuti seminar tersebut.
Dalam seminar tersebut terdapat banyak undangan dari berbagai kalangan. Di seminar tersebut adalah para tamu-tamu yang diundang untuk datang sebagai perwakilan dari suatu institusi,lembaga,sekolah,perguruan tinggi dan yang lainnya. Yang terlihat dimataku adalah seperti dari Untan, UPB, STKIP, SMKN 1 Pontianak, SMKN 2 Pontianak, perwakilan dari Majelis adat budaya melayu dari setiap ,masing-masing kabupaten dan Masih banyak lagi yang datang dalam seminar tersebut. Didalam seminar tersebut banyak sekali yang dibahas disana. Salah satu yang dibahas dalam seminar tersebut adalah tentang pendidikan. Pola pendidikan melayu pada masa lalu bahkan masih dilakukan sampai sekarang yang masih dominan adalah budaya “tutur” (lisan) dari generasi ke generasi. Begitu pula dengan penurunan nilai-nilai moral seperti adat istiadat, amalan ajaran agama (Islam), pola interaksi dan sebagainya. Secara umum pendidikan melayu tempo dulu (pengetahuan tradisional) misalnya syair, pantun, budaya tulis, seperti karya sastra. Sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetehuan dan teknologi pendidikan melayu modern diselenggarakan melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal. Di seminar itu juga dibahas tentang peran melayu dalam bidang ekonomi di Kalimantan barat. Melayu adalah salah satu dari komponen masyarakat Kalimantan barat yang telah banyak mengukir sejarah panjang pada seluruh aspek kehidupan , termasuk perekonomian Kalimantan barat. Masyarakat melayu telah menentukan wajah perekonomian kalimanatan barat dulu. Namun kini sepertinya melayu sudah berubah posisinya, yang telah dikuasai oleh pengaruh asing dari luar. Semua itu juga dibahas dalam seminar tersebut. selain itu di dalam seminar tersebut juga membahas tentang sosial budaya melayu sekarang dan dulu yang ternyata mengarah pada perubahan sosial yang positif dan negatif. Perubahan sosial yang positif misalnya kemajuan pendidikan,IPTEKS dan kenaikan kesejahteraan ekonomi telah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melayu. Sedangkan yang mengarah pada perubahan yang negatif misalnya struktur sosial yang sekularistik, eksploitatif, interkasi sosial yang formalistik dan bermotif pamrih,hedonistik (hidup untuk makan,bukan makan untuk hidup), pragmatistik (orang menentukan kebenaran, bukan kebenaran yang menuntut orang).
Begitu banyak hal yang dibicarakan dalam seminar tersebut. orang-orang yang mengikuti jalannya seminar pun mengikutinya dengan sangat antusisas. Berbagai pertanyaan sering mereka ajukan jika dalam sesi Tanya jawab dan pertanyaan yang mereka ajukan sangatlah bervariasi. Dalam seminar itu juga diadakan suatu diskusi untuk mencari solusi yang dihadapi oleh masyarakat melayu saat ini dan hal-hal yang berkaitan dengan tema seminar tersebut. banyak sekali perbedaan pendapat yang semakin membuat suasana semakin seru didalam ruangan tersebut. mereka juga membahas tentang permasalahan-permasalahan yang ada. Ada juga yang memberikan pertanyaan, ada juga yang membahasnya. Salah satu perwakilan majelis adat budaya melayu dari Sintang membahas tentang keberadaan melayu dan membahas untuk mempersatukan melayu dikalimantan khususnya di Kalimantan barat. Ada juga yang salah seorang tamu bertanya yaitu Imam Kohari menjelaskan dan memberikan saran tentang meningkatkan kebudayaan melayunya. Salah seorang Mahasiswa Fisipol Untan juga membahas tentang budaya melayu yang mulai terkikis dan bagaimana mengatasinya. Masih banyak lagi yang lainnya dibahas dalam seminar tersebut dan tidak terasa waktu telah usai dan ditutup dengan pantun. Bunyinya seperti ini,” jika ada jarum yang patah jangan disimpan didalam hati, jika ada kata yang salah,jangan dimasukkan didalam hati. Pulang dari seminar kami menyempatkan untuk berkeliling sebentar untuk melihat-lihat apa-apa saja yang ada disana. Disana aku melihat pemeran lukisan,yang paling bagus adalah karya Edo Halim yang berjudul IMAGINE. Selain melihat lukisan disana juga terdapat stand-stand tiap-tiap dari kabupaten, ada yang menjual batik, ada juga yang menjual bermacam-macam bunga, pameran kelayang dan sebagainya. Setelah puas melihat-lihat disana aku dan teman-teman pun memutuskan untuk pulang dan sangat puas dengan perjalanan yang kami lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar